Gaji para peserta kader pelatihan program bela negara dianggarkan Rp 5 juta per orang. Demikian dikatakan oleh M Faisal selaku Direktur Program Bela Negara seperti dilansir dari tribunnews.com.
Besaran gaji peserta bela negara 5 juta tersebut digunakan dalam rangka untuk biaya makan, program, pakaian, dan transportasi peserta bela negara yang mengikuti pendidikan dan pelatihan bela negara.
Pro kontra adanya Program Bela Negara ini juga bermunculan di masyarakat Indonesia. Ada yang mendukung positif sedangkan yang lainnya menolak meragukan dengan adanya program bela negara yang diartikan sama dengan wajib militer.
Kementerian Pertahanan mencanangkan program pendidikan dan pelatihan bagi 4.500 warga sipil di 45 kabupaten/kota dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan kader pembina bela negara.
Sebanyak 100 juta warga negara ditargetkan akan menjadi kader dalam proyek yang akan dibuka resmi secara serentak pada Oktober 2015.
"Ini bukan wajib militer. Pembentukan ini untuk melahirkan warga negara yang siap guna menyongsong Indonesia yang kuat di tengah kompleksitas berbagai bentuk ancaman nyata," kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di Kantor Kementerian Pertahanan
Manfaat tujuan program bela negara salah satunya adalah untuk meningkatkan kedisiplinan sejak dini. Program dari Kementrian Pertahanan adalah dalam rangkamendisiplinkan anak-anak generasi muda, revolusi mental juga, membuat kita lebih aware, ada masalah kebangsaan, narkoba, teroris, ada pelatihan," kata Luhut Binsar Panjaitan selaku Menko Polhukam.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengklaim konsepsi bela negara yang digulirkannya tak sesempit yang diperkirakan banyak pihak. Menurutnya ini bukan cuma soal mengangkat senjata, namun juga kepada upaya membangun dan menumbuhkan sikap disiplin nasional.
Ryamizard kembali menegaskan bahwa program bela negara bukanlah wajib militer yang mengharuskan pesertanya memegang senjata. Program bela negara adalah pelatihan kedisiplinan dan memupuk rasa cinta Tanah Air. "Bela negara adalah roh dari bangsa, kalau tidak ada, mati bangsa kita," ujarnya.
Ryamizard menjelaskan bahwa bangsa manapun mempunyai program bela negara. Indonesia juga sudah lebih dari 12 tahun Indonesia menjalankan program bela negara. "Sekarang saja baru gembar-gembor. Padahal 12 tahun lalu sudah berjalan," katanya.
Meningkatkan motivasi, menggalang solidaritas dalam menghadapi bencana dalam skala kecil maupun besar, meningkatkan kualitas kebersamaan dan mengurangi potensi konflik.
Ketentuan syarat kriteria untuk mendaftar menjadi peserta pelatihan pendidikan bela negara yang dicanangkan oleh Kementrian Pertahanan memang belum diperinci secara jelas.
Hanya syarat secara umum adalah bahwa usia umur 17 - 50 tahun dan juga diprioritaskan adalah para generasi muda penerus bangsa.
Jika bela negara sebagai program, sangat mungkin itu dalam bentuk pendidikan dan pelatihan dalam jangka waktu tertentu. Kemungkinan dan biasanya ini dengan sasaran mahasiswa, PNS, pemuda pemudi yang belum mendapat pekerjaan dan masyarakat umum.
Bela negara menumbuhkan sikap dan perilaku yang didasari kecintaannya untuk keselamatan bangsa dan negara. Konteksnya luas, tidak perlu angkat senjata, tapi sesuai profesi masing-masing.
"Misalnya, guru dan tukang ojek harus menjaga ketertiban masyarakat. Harus siap dalam bentuk apapun juga, dalam hal ini militer, narkoba, kemiskinan dan keterbelakangan,” Demikian dikatakan Ryamizard.
Isi materi pendidikan dan pelatihan bela negara ini para peserta akan diberikan ilmu pengetahuan dan pendidikan tentang tentang hukum, pendidikan kewarganegaraan dan Pancasila, serta penanganan bencana alam. Pelatihan tersebut akan dilakukan di kelas sesuai dengan kurikulum program Bela Negara yang disusun Kemenhan.
Kepala Bagian Diklat Kemenhan, Mayjen Hartin Asrin mengatakan, komposisi pendidikan pada program bela negara adalah 70 persen di kelas dan sisanya di luar kelas. "Nanti ada pelajaran tentang agama yang benar dan tidak melenceng, budi pekerti, moral, seperti menghormati yang lebih tua dan bangga atas Indonesia," ujarnya di Pusdiklat Kemenhan.
Selain itu, juga ada pelajaran tentang sejarah nasional agar kader bela negara mempunyai kesadaran nasional dan mempunyai rasa kesatuan dan persatuan bangsa. Sedangkan program di luar kelas akan diisi latihan kedisiplinan dalam bentuk baris-berbaris, olahraga, dan upacara bendera.
Hartin juga mengatakan, ada dua tingkatan pada pendidikan bela negara yaitu pendidikan dasar dan pendidikan inti. Pada pendidikan dasar, kader diberi pemahaman tentang empat pilar, pelatihan kepemimpinan, simulasi mengatasi kejahatan, serta pengetahuan dasar intelejen.
Sedangkan pada pendidikan inti, kader akan dibekali cara memberikan perintah, pendidikan cinta Tanah Air dan juga program bela negara secara fisik maupun nonfisik. "Kami juga akan mengembangkan kearifan lokal hasil kerjasama dengan Kementerian Pendidikan," kata Hartin.
Mayjen Hartind Asrin menambahkan, materi Bela Negara nantinya meliputi, pemahaman empat pilar negara, sistem pertahanan semesta dan pengenalan alutsista TNI. Juga ditambah lima nilai cinta tanah air, sadar bangsa, rela berkorban, dan pancasila sebagai dasar negara.
Tempat untuk mendaftar peserta bela negara adalah di masing-masing Resimen Induk Komando Daerah Militer (Rindam), Kodam, Korem dan sebagainya.
Direktur Program Bela Negara, M Faisal menjelaskan, nantinya kader bela negara dibagi ke dalam tiga kelompok yakni kader muda, kader bela negara, dan kader pembina. Kader muda adalah anak-anak usia SD dan SMP yang akan dilatih selama tiga hari di sekolah masing-masing.
Sedangkan kader bela negara adalah adalah para relawan berumur 17 hingga 50 tahun. Sementara kader pembina bertugas melatih kader bela negara.
Besaran gaji peserta bela negara 5 juta tersebut digunakan dalam rangka untuk biaya makan, program, pakaian, dan transportasi peserta bela negara yang mengikuti pendidikan dan pelatihan bela negara.
Pro kontra adanya Program Bela Negara ini juga bermunculan di masyarakat Indonesia. Ada yang mendukung positif sedangkan yang lainnya menolak meragukan dengan adanya program bela negara yang diartikan sama dengan wajib militer.
Kementerian Pertahanan mencanangkan program pendidikan dan pelatihan bagi 4.500 warga sipil di 45 kabupaten/kota dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan kader pembina bela negara.
Sebanyak 100 juta warga negara ditargetkan akan menjadi kader dalam proyek yang akan dibuka resmi secara serentak pada Oktober 2015.
"Ini bukan wajib militer. Pembentukan ini untuk melahirkan warga negara yang siap guna menyongsong Indonesia yang kuat di tengah kompleksitas berbagai bentuk ancaman nyata," kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di Kantor Kementerian Pertahanan
Manfaat tujuan program bela negara salah satunya adalah untuk meningkatkan kedisiplinan sejak dini. Program dari Kementrian Pertahanan adalah dalam rangkamendisiplinkan anak-anak generasi muda, revolusi mental juga, membuat kita lebih aware, ada masalah kebangsaan, narkoba, teroris, ada pelatihan," kata Luhut Binsar Panjaitan selaku Menko Polhukam.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengklaim konsepsi bela negara yang digulirkannya tak sesempit yang diperkirakan banyak pihak. Menurutnya ini bukan cuma soal mengangkat senjata, namun juga kepada upaya membangun dan menumbuhkan sikap disiplin nasional.
Ryamizard kembali menegaskan bahwa program bela negara bukanlah wajib militer yang mengharuskan pesertanya memegang senjata. Program bela negara adalah pelatihan kedisiplinan dan memupuk rasa cinta Tanah Air. "Bela negara adalah roh dari bangsa, kalau tidak ada, mati bangsa kita," ujarnya.
Ryamizard menjelaskan bahwa bangsa manapun mempunyai program bela negara. Indonesia juga sudah lebih dari 12 tahun Indonesia menjalankan program bela negara. "Sekarang saja baru gembar-gembor. Padahal 12 tahun lalu sudah berjalan," katanya.
Meningkatkan motivasi, menggalang solidaritas dalam menghadapi bencana dalam skala kecil maupun besar, meningkatkan kualitas kebersamaan dan mengurangi potensi konflik.
Syarat Cara Mendaftar Peserta Bela Negara
Ketentuan syarat kriteria untuk mendaftar menjadi peserta pelatihan pendidikan bela negara yang dicanangkan oleh Kementrian Pertahanan memang belum diperinci secara jelas.
Hanya syarat secara umum adalah bahwa usia umur 17 - 50 tahun dan juga diprioritaskan adalah para generasi muda penerus bangsa.
Jika bela negara sebagai program, sangat mungkin itu dalam bentuk pendidikan dan pelatihan dalam jangka waktu tertentu. Kemungkinan dan biasanya ini dengan sasaran mahasiswa, PNS, pemuda pemudi yang belum mendapat pekerjaan dan masyarakat umum.
Bela negara menumbuhkan sikap dan perilaku yang didasari kecintaannya untuk keselamatan bangsa dan negara. Konteksnya luas, tidak perlu angkat senjata, tapi sesuai profesi masing-masing.
"Misalnya, guru dan tukang ojek harus menjaga ketertiban masyarakat. Harus siap dalam bentuk apapun juga, dalam hal ini militer, narkoba, kemiskinan dan keterbelakangan,” Demikian dikatakan Ryamizard.
Isi materi pendidikan dan pelatihan bela negara ini para peserta akan diberikan ilmu pengetahuan dan pendidikan tentang tentang hukum, pendidikan kewarganegaraan dan Pancasila, serta penanganan bencana alam. Pelatihan tersebut akan dilakukan di kelas sesuai dengan kurikulum program Bela Negara yang disusun Kemenhan.
Kepala Bagian Diklat Kemenhan, Mayjen Hartin Asrin mengatakan, komposisi pendidikan pada program bela negara adalah 70 persen di kelas dan sisanya di luar kelas. "Nanti ada pelajaran tentang agama yang benar dan tidak melenceng, budi pekerti, moral, seperti menghormati yang lebih tua dan bangga atas Indonesia," ujarnya di Pusdiklat Kemenhan.
Selain itu, juga ada pelajaran tentang sejarah nasional agar kader bela negara mempunyai kesadaran nasional dan mempunyai rasa kesatuan dan persatuan bangsa. Sedangkan program di luar kelas akan diisi latihan kedisiplinan dalam bentuk baris-berbaris, olahraga, dan upacara bendera.
Hartin juga mengatakan, ada dua tingkatan pada pendidikan bela negara yaitu pendidikan dasar dan pendidikan inti. Pada pendidikan dasar, kader diberi pemahaman tentang empat pilar, pelatihan kepemimpinan, simulasi mengatasi kejahatan, serta pengetahuan dasar intelejen.
Sedangkan pada pendidikan inti, kader akan dibekali cara memberikan perintah, pendidikan cinta Tanah Air dan juga program bela negara secara fisik maupun nonfisik. "Kami juga akan mengembangkan kearifan lokal hasil kerjasama dengan Kementerian Pendidikan," kata Hartin.
Mayjen Hartind Asrin menambahkan, materi Bela Negara nantinya meliputi, pemahaman empat pilar negara, sistem pertahanan semesta dan pengenalan alutsista TNI. Juga ditambah lima nilai cinta tanah air, sadar bangsa, rela berkorban, dan pancasila sebagai dasar negara.
Tempat untuk mendaftar peserta bela negara adalah di masing-masing Resimen Induk Komando Daerah Militer (Rindam), Kodam, Korem dan sebagainya.
Direktur Program Bela Negara, M Faisal menjelaskan, nantinya kader bela negara dibagi ke dalam tiga kelompok yakni kader muda, kader bela negara, dan kader pembina. Kader muda adalah anak-anak usia SD dan SMP yang akan dilatih selama tiga hari di sekolah masing-masing.
Sedangkan kader bela negara adalah adalah para relawan berumur 17 hingga 50 tahun. Sementara kader pembina bertugas melatih kader bela negara.
Bagaimana kalau Pendidikan Moral Pancasila dikembalikan saja ke sekolah dan diajarkan setiap minggu. Lebih praktis, tanpa biaya dan akan lebih menanamkan jiwa nasionalisme jika pendidikannya dilakukan terus menerus sejak dari SD.
ReplyDelete